sumber:

Ikapi(1997). Sangkuriang. Jakarta.PT Elex Media Komputindo.


ilustrasi:suci
ukuran: 80x80 cm
media cat akrilik dikanvas
tahun:2012
aliran expresionisme

Dikutip dari Ikapi (1997:1-19) menceritakan; Seorang Dewa yang berparas tampan dan elok, tiba di bumi tepat dikerajaan Parahyangan kemudian berubah menjadi seekor anjing jantan yang tangkas berbulu kuning kecoklatan dan sangat indah. Prabu Sungging Prabangkara yang menjadi raja di Parahyangan memeliharanya sebagai anjing kesayangan, dan diberi nama si Tumang. Sedangkan Sang Dewi, Tiba di tengah hutan belantara dan berwujud babi betina yang gemuk. Hidupnya sangat menderita dan selalu terancam bahaya. Pada suatu hari, babi hutan jelmaan Sang Dewi sangat haus. Ia keluar dari sarangnya, menuju ke mata air. Lalu mereguk air dalam tempurung sebenarnya air seni Prabu Sungging Prabangkara dari kerajaan Parahyangan.”Ajaib”, babi hutan jelmaan Sang Dewi Mengandung dan melahirkan bayi manusia. Karena merasa tidak mampu merawat bayi itu, ia meninggalkannya di tengah hutan belantara. Prabu Sungging Prabangkara, berburu diiringi para pengawalnya. Mereka menelusuri hutan lebat, namun tidak seekor binatang pun yang didapat. Prabu Sungging Prabangkara dan para pengawalnya, terkejut mendengar tangis bayi. Semantara pengawal merasa takut, karena mengira bayi siluman. Dengan sangat hati-hati, mereka melacak suara tangis bayi itu. Betapa terkejutnya, mereka melihat seorang bayi yang tergolek beralas daun kering. “Ini anugerah Dewata kepadaku”. Kata Prabu Sungging Prabangkara dengan gembira. Dengan sangat bahagia, Prabu Sungging Prabangkara membawa bayi itu ke istana. Permaisuri Prabu Sungging Prabangkara sangat bahagia, karena telah bertahun-tahun,belum dikaruniai anak. Bayi Mungil dan kecantikannya memancarkan sinar yang sangat indah itu, diberi nama Dayang Sumbi . Dayang Sumbi tumbuh dengan subur dan sehat. Semakin dewasa, kecantikannya semakin bersinar-sinar. Si Tumang jelemaan Dewa, telah menjadi sahabat  Dayang Sumbi . Pada suatu hari, Dayang Sumbi tengah menenun, tiba-tiba teropongnya terlepas dari genggamannya dan terjatuh di bawah sanggarnya. “Seandainya ada yang menolongku mengambilkan teropong itu, kalau dia laki-laki, dia akan kujadikan suamiku dan kalau perempuan, akan kuangkat menjadi saudara angkat”. Si Tumang jelmaan Dewa segera mengambilnya. “Tumang tak mungkin engkau menjadi suamiku!” seru  Dayang Sumbi . Bagaikan tidak sadar  Dayang Sumbi mengambil teropong dan dilemparkannya kearah Si Tumang. Si Tumang lari, dan dikejar  Dayang Sumbi . Betapa Terkejutnya, Si Tumang berubah menjadi seorang ksatria tampan dan gagah perkasa. Tidak lama kemudian  Dayang Sumbi mengandung. Prabu Sungging Prabangkara dan Pemaisuri malu, dan segera mengusir  Dayang Sumbi . Ia tinggal di gubuk bersama Si Tumang. Ketika saat melahirkan tiba, bayinya lahir dengan lancar dan diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang menjadi anak yang tampan. Pada suatu hari, Dayang Sumbi ingin memakan hati menjangan. Sangkuriang menyanggupi keinginan Ibunya. “Ayo Tumang, kita berburu menjangan, biar Ibu bisa menyantap hatinya”. Kata Sangkuriang kepada Si Tumang. Ketika berada di Hutan Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk. Si Tumang membiarkan babi hutan lolos. Sangkuriang geram, dan segera menombak Si Tumang. Hatinya diambil dan dimasak dihidangkan kepada ibunya. “Kemana Si Tumang, Sangkuriang?” Tanya  Dayang Sumbi . Sangkuriang tidak mau menceritakan apa yang telah dilakukan kepada Si Tumang.  Dayang Sumbi semakin penasaran. Akhirnya Sangkuriang berterus terang. “Jadi, hati yang kumakan itu hati Si Tumang”. Geram  Dayang Sumbi mengambil centong nasi, langsung dipukulkan tepat mengenai kening Sangkuriang, sehngga terluka. Sangkuriang pun segera meninggalkan Ibunya. Sangkuriang pun berkelana lalu menjadi anak angkat seorang petapa dan mengganti namanya menjadi Sangkalalana. Sangkalalana digembleng menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa, sakti mandraguna dan tampan.  Sangkalalana telah lama meninggalkan kediaman sang pertapa. Ia menjadi pengelana. Pada suatu hari, ia tiba di Hutan. Tiba-tiba terdengar jeritan yang menyayat. Ternyata seorang wanita yang dikejar seekor badak ganas. Sangkalalana segera bertindak lalu diselamatkannya wanita yang diselamatkannya adalah Dayang Sumbi. Perkenalan berlanjut dan mereka saling memadu kasih. Sangkalalana meminta agar  Dayang Sumbi membersihkan rambutnya.  Dayang Sumbi segera membuka ikat kepala Sangkalalana, perhatiannya tertuju ke kening Sangkalalana, yang bernoda oleh bekas luka.  Dayang Sumbi kaget. Sangkalalana menceritakan asal-muasal noda bekas luka di keningnya. “Engkau adalah Sangkuriang, anakku!”. Kata Dayang Sumbi. Tetapi, Sangkuriang alias Sangkalalana tetap mendesak terus ingin mempersunting  Dayang Sumbi menjadi istrinya.  Dayang Sumbi mencari daya untuk menolak anaknya yang telah dikendalikan nafsu setan. “ Bendunglah Sungai Citarum, menjadi danau. Buatkan sebuah perahu yang bisa digunakan untuk berbulan madu melayari danau. Semuanya harus kau kerjakan dalam satu malam”. Kata Dayang Sumbi . Sangkuriang menyanggupi.  Dayang Sumbi memohon kepada Sang Dewata, agar terhindar dari perbuatan terkutuk itu. Sementara pembuatan danau berlangsung, dan pembuatan perahu belum selesai, fajar menyingsing sebelum waktunya. Sangkalalana segera menendang perahu, jatuh dalam keadaan terbalik. Kemudian membesar, berubah menjadi sebuah gunung berapi. Itulah Gunung Tangkuban Perahu. Atas kehendak Sang Dewata, Sangkuriang atau Sangkalalana terpeleset dan jatuh ke kawah. Tubuhnya tenggelam pelan-pelan. Pada saat itulah, ia menyadari kesalahnya, dan memohon ampun.